.Persepsi Orang Tua Yang Kurang Mendukung Pendidikan Yang Tinggi
.Persepsi Orang Tua Yang Kurang
Mendukung Pendidikan Yang Tinggi
Menurut Dalyono (2005:130), persepsi yang kurang
memberikan dukungan pada anak perempuan melanjutkan pendidikan kejenjang yang
lebih tinggi cendrung klise , yaitu setinggi apapun pendidikan perempuan,
mereka tidak lepas dari kobrat alamiahnya.pendidikan anak perempuan seperlunya
yaitu sebatas pengetahuan membaca dan menulis. Hal yang penting adalah
kerampilan dalam bidang kewanitaan yang tidak didapat dalam pendidikan formal,
karena pendidikan formal dianggap bukan satu-satunya cara mencapai keberhasilan,
apalagi jika keberhasilan ditinjau dari segi materi.
7.3.Persepsi Orang Tua Yang Mendukung
Pendidikan Formal Yang Tinggi
Menurut (Ihsan 2003:17), persepsi yang mendukung pendidikan bagi anak
perempuan, tidak terlepas dari pengalaman, pengetahuan, dan tingkat pendidikan.
Bagi mereka wajar jika perempuan memperoleh pendidikan tinggi. Pengalaman dari orang tuanya yang dulu memberi nilai
berbeda antara anak laki-laki dan perempuan,
membuatnya tidak akan melakukan hal yang sama terhadap anak-anaknya.berdasarkan persepsi orang tua di daerah penelitian ,
maka dapat diklasifikasikan faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi orang tua.
8. Pengertian
Perempuan
Tim penyusun kamus
pusat pembinaan dan pengembangan bahasa (1988:1007) mendifinisikan Wanita
adalah perempuan dewasa, kaum putri (dewasa).
Saat ini istilah
perempuan makin sering terdegar menggantikan istilah wanita yang juga merupakan
istilah penunjukkan jenis kelamin, terbukti dalam seminar-seminar diskusi
bahkan penelitian-penelitian yang dilakukan oleh lembaga-lembaga swadaya
masyarakat istilah “perempuan” lebih banyak dipergunakan. Ternyata hal tersebut
memiliki alasan tersendiri sebagaimana di ungkapkan Rachmat Syaf dan Abdul Wahid dan Muhammad Irfan,
(2001:29).
Istilah :wanita”
berasal dari leksikon bahasa sansekerta, wanita yaitu yang di inginkan oleh
kaun laki-laki, sehingga lebih berkonotasi pasif ,dalam perkembangan bahasa
Indonesia, Susana Kwelja mengatakan bahwa wanita adalah pemeliharaan yang
sabar, pasif,diam dan menjadi pesakitan, kurang standar, tidak diharapkan untuk
menonjolkan diri dan boleh berprofesi tetapi kurang diakui perananya. Sedangkan
istilah “perempuan” menurut Prasetio Murniati sengaja dipergunakan untuk istilah “Women”. Berasal dari akar
bahasa melayu berarti “Empu”-Induk,
Artinya “ yang memberi hidup”. Istilah ini tampaknya lebih dinamis dan syarat
makna disbanding istilah “wanita”.
Jadi dapat
disimpulkan bahwa perempuan adalah keikutsertaan perempuan dalam suatu
pelaksanaan kegiatan kemasyarakatan berdasarkan kedudukan dan statusnya dalam
masyarakat.
Pendidikan kaum
wanita telah menjadi keharusan yang bersifat internasional, karena kemajuan
yang merupakan kebutuhan mendesak itu menciptakan dan sekaligus menuntut jenis
wanita yang baru. Persoalannya bukanlah bagaimana menyediakan dasar-dasar
pendidikan atas dasar perikemanusian semata, kaum wanita harus diberi segala
persyaratan untuk ikut ambil bagian dalam mengembangkan pendidikan .
Mendesaknya
kebutuhan ini dengan demikian berkaitan dengan keinginan untuk memperoleh
keadilan dan berkenaan dengan pentingnya orang perorangan, dan semua itu
menyebabkan tidak berlakunya anggapan bahwa wanita lebih rendah kedudukanya.
Menurut Jacqeline Chabaund (1984:11) Wanita adalah juga manusia seperti pria;ia
pun patut memperkembangkan kemampuanya, semua kemampuannya, untuk memilih jalan
hidup yang hendak ditempuhnya serta melaksanakan kegiatan-kegiatan dan memegang
segala tanggung jawab yang akan ikut membentuk kemuliaan manusia.
Menurut sebuah
penelitian yang diadakan di Amerika, makin berpendidikan seorang ibu, makin
mudahlah bagi anak-anaknya memperoleh izin untuk pendidik yang tinggi.
Sebaliknya orang-orang lelaki kadang-kadang takut kawin dengan perempuan yang
terlampau berpendidikan.
Menurut Abdul karim Nafsin dan Mifta lidya afiandi (2005
: 1-2), menyatakan bahwa kata perempuan dapat ditemukan dalam berbagai kamus,
salah satunya dalam kamus Bahasa Indonesia kontemporer, dijelaskan bahwa
perempuan adalah lawan jenis laki-laki. Sedangkan sinonim dari perempuan adalah
kaum hawa dan wanita. Kaum hawa adalah golongan orang-orang peremouan, dan
wanita adalah orang perempuan, sebutan bagi seorang perempuan agar kelihatan
lebih halus.
Adapun menurut Ikram dalam handout sosiologi gender (2004
: 1), mendefinisikan bahwa perempuan secara seks adalah manusia yang memiliki
alat reproduksi seperti rahim dan saluran melahirkan, memproduksi sel telur,
memiliki vagina dan mempunyai alat menyusui. Sedangkan definisi perempuan
secara gender adalah manusia yang dianggap lemah, lembut, penakut, cengeng,
cantik, emosional, dan keibuan.
Menurut Maggie Humm (2002:501-502) bahwa perempuan
istilah untuk konstruksi sosial dari perempuan yang identitasnya diterapkan dan
dikonstruksi melalui penggambaran.
Menurut Monique Wittigdalam Humm (2002:502) khususnya
menyerukan suatu dekonstruksi politik
dan istilah “perempuan” untuk memisahkan
“perempuan” karena lesbian ada diluar
warna perempuan atau laki-laki, maka Wittig telah menciptakan bahasa
lesbian yang menghindarkan kata-kata untuk perempuan dengan mengulangi bentuk
jamak dari Feminine untuk menentukan perempuan sebagai kelas sejarah dari pada
perempuan sebagai esensi feminine.
Berdasarkan pengertian diatas, maka secara garis besar
konsep perempuan mencakup :
- manusia yang secara kodrat memiliki alat
reproduksi seperti saluran untuk melahirkan, memproduksi sel telur,
memiliki vagina,dan mempunyai alat menyusui.
- Orang yang mampu melakukan sesuatu.
Post a Comment for ".Persepsi Orang Tua Yang Kurang Mendukung Pendidikan Yang Tinggi "