Pengertian Model Pembelajaran
2.4.1.
Pengertian
Model Pembelajaran
Kegiatan
pembelajaran tentu sering menemukan kendala atau beberapa permasalahan yang
membuat pembelajaran itu tidak berjalan sesuai dengan keinginan dan tidak mampu
mencapai tujuan pembelajaran, sehingga dalam hal ini guru dituntut untuk mampu
mangatasi permasalahan ini. Hal yang paling tepat dilakukan adalah mengevaluasi
atau merefleksi bagaiman jalannya pembelajaran yang dianggap belum berhasil
tersebut, dalam hal ini model pembelajaran memegang peran yang sangat penting
dalam berjalanya pembelajaran karena pada dasarnya model pembelajaran adalah
prosedur tentang berlangsungnya pembelajaran. Model dirancang untuk mewakili
realitas sesungguhnya, walaupun model itu sendiri bukanlah realitas dari dunia
sebenarnya.
Hal
serupa juga dikemukakan oleh Agus Suprijono (2011:46) menyatakan bahwa “Model
pembelajaran adalah pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan
pembelajaran di kelompok maupun tutorial.”
Pernyataan itu didukung oleh Trianto (2011:46) menyatakan bahwa
Model
pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai
pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam
tutorial. Fungsi model pembelajaran adalah sebagai pedoman bagi perancang
pengajar dan para guru dalam melaksanakan pembelajaran.
Model
pembelajaran adalah konsep berjalanya pembelajaran seperti yang dikemukakan
Syaiful Sagala (2010:76) menyatakan bahwa
Model
pembelajaran adalah suatu kerangka konseptual yang berisi prosedur sistematik
dan mengorganisasikan pengalaman belajar siswa untuk mencapai tujuan belajar tertentu
yang befungsi sebagai pedoman bagi guru dalam proes belajar mengajar.
Pernyataan
di atas didukung Gunter et al (2010:67) menyatakan bahwa “Learning model is an instructional model is
a step-by-step procedure that leads to specific learning outcomes.
Bedasarkam
pernyataan para ahli di atas dapat diringkas bahwa model pembelajaran merupakan
suatu kerangka perencanaan konseptual yang tersusun dan terorganisasi dengan
tujuan memberikan pengarahan secara bertahap terhadap suatu proses pembelajaran
dimana tujuan adalah membimbing dan mengarahkan agar tujuan pembelajaran itu
tercapai.
2.4.2. Model
Pembelajaran Kooperatif
1.
Definisi
Model
pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang paling sering digunakan
dalam pembelajaran karena dianggap paling efektif dalam menciptakan
pembelajaran yang aktif, inovatif, dan menyenangkan serta mampu membangun sikap
inkuri, diskoveri, dan sikap kontruktiviatik siswa sehingga tujuan pembelajaran
dapat tercapai dengan benar. Pembelajaran kooperatif sangat mendukung aktivitas
siswa dalam kelompok, sehingga ini memungkinkan mereka mengembangkan aspek
kognitif melalu diskusi dengan kelompok, mengembangkan sikap atau afektif
mereka melalui tata cara berkelompok dalam pembelajaran, serta mampu
meningkatkan psikomotor mereka karena individu dalam kelompok dituntut aktif.
Definisi
yang serupa juga diungkapkan Agus Suprijono (2011:54) menyatakan bahwa “Pembelajaran kooperatif adalah konsep yang lebih
luas meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk lebih dipimpin
oleh guru atau diarahkan oleh guru.”
Pernyataan
di atas di dukung oleh Etin Solihatin dan Raharjo (2009:5) yang menyatakan
bahwa
Model
pembelajaran Cooperative Learning
merupakan suatu model pembelajaran membantu siswa dalam mengembangkan pemahaman
dan sikapnya sesuai dengan kehidupan nyata di masyarakat, sehingga dengan
bekerja secara bersama-sama diantara sesama anggota kelompok akan meningkatkan
motivasi produktivitas dan perolehan belajar.
Model
pembelajaran kooperatif juga diuraikan oleh Slavin (2011: 4) yang menyatakan bahwa “Pembelajaran kooperatif
merujuk pada berbagai macam metode pengajaran dimana para siswa bekerja dalam
kelompok-kelompok kecil untuk saling membantu satu sama lainya dalam
mempelajari materi pembelajaran.”
Selain itu dinyatakana juga bahwa Menurut
Johnson (2007:396) bahwa
Cooperative instruction with
other student promote (1) positive peer relation, (2) peer encouragement toward
achievment, (3) involvement in and commitment to instructional activities, (4)
greater amount of time spent on task related behaviors, and (5) obeying rules.
Pembelajaran
kooperatif dengan siswa lain akan membawa (1) hubungan sebaya yang positif, (2)
menyemangatkan teman sebaya dalam pencapaian, (3) keterlibatan dan komitmen
dalam kegiatan-kegiatan pembelajaran, (4) lebih banyak waktu yang dihabiskan
dalam kegiatan-kegiatan pembelajaran, (5) mematuhi peraturan.
Berdasarkan
pernyataan di atas dari pernyataan para ahli di atas dapat diringkas bahwa
model pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran dengan menekankan
kegiatan pada kelompok-kelompok siswa yang membantu mengembangkan pemahaman dan
sikap siswa sesuai dengan tuntutan dalam kehidupan nyata di masyarakat.
2.
Karakteristik Pembelajaran Kooperatif
Model
Pembelajaran kooperatif adalah model yang sangat khas sekali dalam pembelajaran
yang menerapkan sistem belajar di dalam kelompok untuk memngembangkan kemampuan
dan sikap siswa, serta psikomotornya guna mencapai tujuan pembelajaran.
Hal
ini selaras dengan pernyataan dari penjabaran Nur Asma (2006:22)
Bahwa karakter model pembelajaran
kooperatif tidak hanya sekedar belajar
dalam kelompok, karena belajar dalam model Cooperative Learning harus
ada “struktur dorongan dan tugas yang bersifat kooperatif” sehingga
memungkinkan terjadinya interaksi secara terbuka dan hubungan-hubungan yang
bersifat interdependensi yang efektif diantara anggota kelompok.
Dalam
pembelajaran kooperatif juga mempunyaikarakteristik dasar yang membedakan
pembelajaran kelompok dalam pembelajaran koooperatif dengan pembelajaran
kelompok yang dilakukan denganasal-asalan. Hal ini terlihat ketika seorang guru
melaksanakan prosedur model kooperatif dengan benar, maka guru tersebut akan
dapat mengelola kelompok lebih efektif.
Agar mencapai
hasil maksimal perlu diterapkan karakteristik yang terdapat dalam pembelajaran
kooperatif. karakteristik kooperatif sebagai berikut kelompok dibagi atas
kelompok-kelompok kecil, dengan anggota kelompok yang terdiri dari beberapa
orang siswa yang memiliki kemampuan akademik bevariasi serta memperhatikan
jenis kelamin dan etnis, disini siswa tidak pandang bulu dengan siapa mereka
akan berkelompok, siswa belajar dalam kelompoknya dengan kerja sama untuk
menguasai materi pelajaran dengan saling membantu, setiap siswa mempunyai peran
di dalam kelompok, tidak ada orang yang menguasai yang bisa mengajari yang
tidak bisa. Sistem penghargaan lebih berorientasi kepada kelompok dari pada
individu, jadi semua anggota akan merasakan kebanggaan yang sama apabila
kelompoknya lebih unggul dari pada kelompok yang lain.
Selain itu
Slavin, Abrani, dan Chambers dalam Wina Sanjaya (2010: 242-244) “menjabarkan
tentang karakteristik model pembelajaran kooperatif melalui beberapa pespektif,
diantaranya adalah prespektif motivasi, prespektif sosial, prespektif
perkembangan kognitif, dan prespektif elaborasi kognitif.”
a.
Prespektif motivasi artinya bahwa
penghargaan yang diberikan kepada kelompok memungkinkan setiap anggota kelompok
akan saling membantu. Karena penghargaan diberikan akan memotivasi siswa untuk
dapatmenyelesaikan masalah sehingga anggota kelompok merasa senang apabila penghargaan
tersebut diberikan untuk kelompoknya.
b.
Prespektif sosial artinya bahwa melalui
kooperatif setiap siswa akan saling membantu dalam belajar karena mereka
menginginkan semua angggota kelompok memperoleh keberhasilan. Bekerja secara team
dengan mengevaluasi keberhasilan sendiri oleh kelompok, merupakan iklim
yang bagus, dimana setiap anggota kelompok menginginkan semuanya memperoleh keberhasilan.
c.
Prespektif perkembangan kognitif artinya bahwa dengan adanya interaksi antar
anggota kelompok dapat mengembangkan prestasi siswa untuk berpikir mengolah
berbagai informasi.
d.
Elaboratif kognitif artinya bahwa setiap
siswa akan berusaha untuk memahami dan menimba informasi untuk menambah
pengetahuan kognitif. Dalam satu team siswa akan saling membantu dan
saling memberi informasi sehingga pengetahuan anggota kelompok yang belum tahu
menjadi tahu dengan adanya interaksi antar anggota kelompok.
Karekateristik
pembelajaran kooperatif diuraikan oleh Wina Sanjaya (2010:242-244) bahwa “Karakteristik
pembelajaran kooperatif dibagi menjadi empat, yaitu 1) pembelajaran secara team
merupakan tempat untuk mencapai tujuan, 2) didasarkan pada manajemen
kooperatif, 3) kemauan untuk bekerja sama, 4) ketrampilan bekerja sama.”
Berdasarkan
uraian di atas dapat disintetiskan bahwa karakteristik pembelajaran kooperatif
merupakan pembelajaran yang tidak hanya menekankan pada pembelajaran kelompok
yang berarti siswa belajar dalam kelompok-kelompok belajar mereka dan di dalam
terjadi interaksi yaitu interaksi antara siswa dengan siswa, siswa dengan
kelompok, kelompok dengan kelompok, dan kelompok dengan guru.
c. Teori Cooperative Learning
Dalam berbagai
teori pembelajaran kooperatif memandang bahwa pembelajaran kooperatif sejalan
dengan pendekatan pembelajaran kontruktivistik yang menganggap bahwa siswa yang
datang ke sekolah telah siap dengan dengan mental dan pengetahuan mereka
sehingga mereka dapat membangun pengetahuan mereka dengan sendirinya karena di
awal mereka telah memiliki konsep dan materi yang telah mereka siapkan sebelum
pembelajaran sehingga ini sangat disini peran guru sebagai fasilitator dapat
dilihat dengan jelas.
Hal ini sejalan
dengan pendapat parah ahli, seperti menurut Agus Suprijono (2011:31)
menjabarkan
Dikemukakan bahwa dalam proses
ini siswa membina pengetahuan baru berdasarkan pengetahuan yang dimiliki
sebelumnya. Siswa bukanlah sebagai penerima informasi atau pengetahuan dari
guru namun siswa belajar untuk membina sendiri pengetahuanya.
Pandangan-pandangan
tentang kontruktivisme juga dikemukakan oleh Isjoni (2011:30) menjabarkan bahwa
“sejalan dengan pendapat tersebut kontruktivisme merupakan satu pandangan bahwa
siswa membina sendiri pengetahuan atau konsep secara aktif berdasarkan
pengetahuan dan pengalaman yang ada”.
Dalam Cooperative Learning terdapat teori-teori
yang dikemukakan oleh beberapa ahli diantaranya sebagai berikut.
1. Teori Ausubel
Teori yang pertama
ini dikemukakan oleh Ausubel (Isjoni, 2011: 35) bahan pelajaran yang dipelajari
haruslah bermakna.
Dimaksud dengan pembelajaran
bermakna adalah ada suatu proses mengaitkan informasi baru pada suatu
konsep-konsep relevan terdapat dalam struktur kognitif seseorang meliputi
fakta-fakta, konsep-konsep, dan generalisasi telah dipelajari dan diingat siswa
dalam proses pembelajaran bukan hanya sekedar menyampaikan konsep namun juga
memperhatikan kualitas proses pembelajaran benar-benar bermakna.
Dalam pembelajaran
kooperatif, guru menjadikan pembelajaran yang bermakna dengan cara memandang
siswa bukan sebagai objek pembelajaran. Siswa dipandang sebagai seseorang pada
saat pembelajaran telah memiliki pengetahuan sehingga pada saat proses belajar
siswa mengaitkan pengetahuan yang dimiliki dengan informasi baru secara
berkelompok.
2. Teori Piaget
Teori Piaget ini
diuraikan oleh Isjono (2011:37) “Dalam kaitanya dengan pembelajaran, teori ini
mengacu pada kegiatan pembelajaran yang harus melibatkan partisipasi peserta
didik.”
Ditambahkan oleh
Semiawan dalam Isjoni (2011: 37). Pengetahuan tidak hanya diterima secara
verbal oleh siswa namun juga dikonstruksi dan direkonstruksi oleh siswa, dengan
melibatkan siswa secara aktif.
Jadi dalam
kegiatan belajar Cooperative Learning
terjadi pembelajaran yang aktif dan partisipatif. Pada masa ini siswa menyesuaikan
dengan hal yang konkret dan harus berpikir kritis. Oleh karena itu, dalam upaya
meningkatkan kualitas kognitif siswa, guru dalam melaksanakan pembelajaranya
harus lebih memprioritaskan pada kegiatan pemecahan masalah atau latihan
meneliti dan menemukan. Dalam pembelajaran kooperatif, siswa hendaknya banyak diberi
kesempatan untuk berinteraksi dengan lingkungan dapat dilakukan oleh siswa
bersama teman temanya secara berkelompok.
3. Teori Vygotsky
Teori ketiga ini
dikemukakan oleh Vygotsky dalam Isjoni (2011: 40) Pembelajaran kooperatif
adalah
Suatu perkembangan pengertian
baik pengertian yang spontan maupun ilmiah. Pengertian spontan merupakan
pengertian yang didapat dari kehidupan sehari-hari, sedangkan pengertian ilmiah
diperoleh dari pelajaran di sekolah. Keduanya saling berkaitan satu sama lain.
Tingkat perkembangan
sesungguhnya adalah kemampuan pemecahan masalah secara mandiri sedangkan
tingkat perkembangan potensial adalah kemampuan pemecahan masalah dibawah
bimbingan orang dewasa. Model kooperatif dapat digunakan untuk menerapakan
tingkat perkembangan potensial siswa. Dalam pembelajaran kooperatif, guru
bertindak sebagai fasilitator. Siswa bekerja dalam kelompok untuk memahami
materi atau memecahkan masalah bersama teman sebayanya, guru membimbing siswa
dalam kelompok.
Berdasarkan
teori di atas, dapat diringkas bahwa pembelajaran kooperatif merupakan
pembelajaran yang berlandaskan pada konstruktivisme. Dalam pembelajaran ini
siswa ditekankan sebagai subyek yang sepenuhnya aktif membangun pengetahuan
mereka, sedangkan guru sebagai fasilitator yang berperan dalam membimbing
siswa. Pembelajaran ini bertujuan memberikan pembelajaran bermakna (meaningfull learning) kepada siswa guna
memberi mereka pengetahuan hingga tingkat experience
learning atau pengalaman belajar bagi mereka.
Post a Comment for " Pengertian Model Pembelajaran"