Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Jenis-jenis belajar

a.      Jenis-jenis belajar
Belajar ditinjau dari proses, seperti dikemukakan di atas member petunjuk bagaimana perbuatan belajar itu dilakukan, atau bagaimana terjadinya perbuatan belajar. Menurut Slameto (2010:5) jenis-jenis belajar ada 11, meliputi:
1)      Belajar bagian (part learning, fractioned learning)
Dilakukan oleh seseorang bila ia dihadapkan pada materi belajar yang bersifat luas. Dalam hal ini individu memecah seluruh materi pelajaran menjadi bagian-bagian yang satu sama lain berdiri sendiri.
2)      Belajar dengan wawasan (learning by insight)
Menurut Gesalt teori wawasan merupakan proses mereorganisasikan pola-pola tingkah laku yang telah terbentuk menjadi satu tingkah laku yang ada hubungannya dengan penyelesaian suatu persoalan.
3)      Belajar Diskriminatif (discriminatif learning)
Suatu uasaha untuk memilih beberapa sifat situasi/stimulus dan kemudian menjadikannya sebagai pedoman dalam bertingkah laku.
4)      Belajar global/keseluruhan (global whole learning)
Bahan pelajaran dipelajari secara keseluruhan berulang sampai pelajar menguasainya; lawan dari belajar bagian.
5)      Belajar insidental (insidental learning)
Konsep ini bertentangan dengan anggapan bahwa belajar itu selalu berarah-tujuan. Sebab Belajar disebut insidental bila tidak ada instruksi atau petunjuk yang diberikan pada individu mengenai materi yang akan diujikan.
6)      Belajar instrumental (instrument learning)
Reaksi-reaksi seseorang siswa yang diperlihatkan diikuti oleh tanda-tanda yang mengarah pada siswa akan mendapat hadiah, hukuman, berhasil atau gagal.
7)      Belajar intensional (intentional learning)
Belajar dalam arah tujuan, merupakan lawan dari belajar insidental, yang akan dibahas lebih luas pada bagian berikut.
8)      Belajar laten (latent learning)
Perubahan-perubahan tingkah laku yang terlihat tidak terjadi secara segera, dan oleh karena itu disebut laten.
9)      Belajar mental (mental learning)
Belajar mental sebagai belajar dengan cara melakukan observasi dari tingkah laku orang lain, membayangkan gerakan-gerakan orang lain.
10)  Belajar produktif (productive learning)
Belajar disebut produktif bila individu mampu mentransfer prinsip menyelesaikan satu persoalan dalam satu situasi ke situasi lain.
11)  Belajar verbal (verbal learning)
Belajar mengenai materi verbal dengan melalui latihan dan ingatan. Dasar dari belajar verbal diperlihatkan dalam eksperiment klasik dari Ebbinghaus.

b.       Faktor-faktor Belajar
Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar banyak jenisnya, tetapi
dapat digolongkan menjadi dua golongan saja, yaitu;
1)      Faktor-faktor intern
Di dalam membicarakan faktor  intern ini akan dibahas menjadi tiga faktor, yaitu faktor jasmaniah, faktor psikologis dan faktor kelelahan.
a.       Faktor Jasmaniah
1)      Faktor kesehatan
Proses belajar seseorang akan terganggu jika kesehatan seseorang terganggu. Selain itu, ia akan cepat lelah, kurang bersemangat, mudah pusing, mengantuk jika badannya lemah, kurang darah ataupun gangguan-gangguan fungsi alat panca inderanya serta tubuhnya.
Agar seseorang dapat belajar dengan baik haruslah mengusahakan kesehatan badannya tetap terjamin dengan cara selalu mengindahkan ketentuan-ketentuan tentang bekerja, belajar, istirahat, tidur, makan, olahraga, rekreasi dan ibadah.
2)      Cacat tubuh
Cacat tubuh adalah sesuatu yang menyebabkan kurang baik atau kurang sempurna mengenai tubuh/badan.
Keadaan cacat tubuh juga mempengaruhi belajar. Jika hal itu terjadi, hendaknya siswa belajar pada lembaga pendidikan khusus atau diusahakan alat bantu agar dapt menghindari atau mengurangi pengaruh kecacatannya.
b.      Faktor psikologis
Sekurang-kuangnya ada tujuh faktor yang tergolong ke dalam faktor psikologis yang mempengaruhi belajar, yaitu:
1)      Inteligensi
Inteligensi adalah kecakapan yang terdiri dari tiga jenis yaitu kecakapan untuk menghadapi dan menyesuaikan ke dalam situasi yang baru dengan cepat dan efektif, mengetahui/menggunakan konsep-konsep yang abstrak secara efektif mengetahi relasi dan mempelajarinya dengan cepat.
Inteligensi besar pengaruhnya terhadap kemajuan belajar. Dalam situasi yang sama, siswa yang mempunyai tingkat inteligensi yang tinggi akan lebih berhasil dari pada yang mempunyai inteligensi rendah. Walaupun begitu siswa yang mempunyai inteligensi tinggi belum pasti berhasil dalam pembelajarannya. Hal ini disebabkan karena belajar adalah suat proses yang kompleks dengan banyak faktor yang mempengaruhinya, sedangkan inteligensi adalah salah satu faktor di antara faktor lain. Jika faktor lain itu bersifat penghambat/berpengaruh negatif terhadap belajar, akhirnya siswa akan gagal dalam belajarnya. Siswa yang memiliki inteligensi normal dapat berhasil dengan baik dalam belajar, jika ia belajar dengan baik. sedangkan siswa memiliki inteligensi rendah, ia perlu mendapatkan pendidikan di lembaga pendidikan khusus.
2)      Perhatian
Perhatian menurut Gazali adalah keaktifan jiwa yang dipertinggi, jiwa itupun semata-mata tertuju kepada suatu obyek (benda/hal) atau sekumpulan obyek. Untuk dapat menjamin hasil belajar yang bak, amaka siswa harus mempunyai perhatian terhadap bahan yang dipelajarinya, jika bahan pelajaran tidak menjadi perhatian siswa, maka timbullah kebosanan, sehingga ia tidak suka lagi belajar. Agar siswa dapat belajar dengan baik, usahakanlah pelajaran itu sesuai dengan hobi atau bakatnya.
3)      Minat
Minat besar pengaruhnya terhadap belajar, karena bila bahan pelajarannya tidak sesuai dengan minat siswa, maka siswa tidak akan belajar sebaik-baiknya, karena tidak ada daya tarik baginya. Bahan pelajaran yang menarik minat siswa, lebih mudah dipelajari dan disimpan, karena minat menambah kegiatan belajar. 
4)      Bakat
Bakat mempengaruhi belajar. jika bahan pelajaran yang dipelajari sesuai dengan bakatnya, maka hasil belajarnya lebih baik karena siswa senang belajar dengan pastilah selanjutnya ia lebih giat lagi belajarnya.
5)      Motif
Dalam proses belajar haruslah diperhatikan apa ada yang dapat mendorong siswa agar dapat belajar dengan baik atau padanya mempunyai motif untuk berpikir memusatkan perhatian, merencanakan dan melaksanakan kegiatan yang berhubungan/menunjang belajar. untuk itu motif yang kuat sangat diperlukan dalam belajar, di dalam membentuk motif yang kuat dapat dilaksanakan dengan adanya latihan-latihan /kebiasaan-kebiasaan dan pengaruh lingkungan yang memperkuat, jadi latihan/kebiasaan itu sangat diperlukan dalam belajar.   
6)      Kematangan
Kematangan adalah suatu tingkat/fase dalam pertumbuhan seseorang, di mana alat-alat tubuhnya sudah siap untuk melaksanakan kecakapan baru. Kematangan belum berarti anak dapat melakukan kegiatan secara terus-menerus, untuk itu diperlukan latihan-latihan pelajaran.
7)      Kesiapan
Kesiapan adalah kesediaan untk memberi response atau bereaksi. Kesediaan itu timbul dari dalam diri seseorang dan juga berhubungan dengan kematangan, karena dengan kematangan berarti kesiapan untuk melaksanakan kecakapan. Kesiapan ini perlu diperhatikan dalam proses belajar, karena jika siswa belajar dan padanya sudah ada kesiapan, maka hasil belajarnya akan lebih baik.
c.       Faktor kelelahan
Kelelahan pada diri seseorang walaupun sulit untk dipisahkan tetapi dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu kelelahan jasmaniah dan kelelahan rohaniah (bersifat psikis).
Kelelahan jasmaniah terlihat dengan lemah lunglainya tubuh dan timbul kecenderungan untuk membaringkan tubuh. Kelelahan jasmaniah terjadi karena terjadi kekacauan substansi sisa pembakaran tubuh, sehingga darah tidak/kurang lancar pada bagian-bagian tertentu.
Sedangkan kelelahan rohani dapat dilihat dengan adanya kelesuan dan kebosanan, sehingga minta dan dorongan untuk menghasilkan sesuatu hilang.
Untuk itu, kelelahan itu sangat mempengaruhi belajar.agar siswa dapat belajar dengan baik haruslah menghindari jangan sampai terjadi kelelahan dalam belajarnya. Sehingga perlu diusahakan kondisi yang bebas dari kelelahan seperti dengan istirahat, tidur, mengusahakan variasi dalam belajar dan lain sebagianya.


Post a Comment for " Jenis-jenis belajar"