Hubungan antara Pembelajaran dengan Evaluasi
Hubungan
antara Pembelajaran dengan Evaluasi
Peran sekolah dan guru-guru yang
pokok adalah menyediakan dan memberikan fasilitas untuk memudahkan dan
melancarkan cara belajar siswa. Guru harus dapat membangkitkan
kegiatan-kegiatan yang membantu siswa meningkatkan cara dan hasil belajarnya.
Namun, disamping itu kadang-kadang guru merasa bahwa evaluasi itu sesuatu yang
bertentangan dengan pembelajaran. Hal ini timbul karena sering kali terlihat
bahwa adanya kegiatan evaluasi justru merisaukan dan menurunkan gairah belajar
pada siswa. Jadi, seolah-olah kegiatan evaluasi bertentangan dengan kegiatan
pembelajaran. Pendapat yang demikian itu pada hakikatnya tidak benar. Memang
evaluasi yang dilakukan secara tidak benar dapat mematikan semangat siswa dalam
belajar. Sebaliknya, evaluasi yang dilakukan dengan baik dan benar dapat
meningkatkan mutu dan hasil belajar karena kegiatan evaluasi membantu guru
untuk memperbaiki cara pembelajaran dan membantu siswa dalam meningkatkan cara
belajarnya.
Menurut Mehrens dan Lehmann dalam
Ngalim Purwanto (2003: 8) mengatakan “to
teach without testing is unthinkable” yaitu pembelajaran tanpa melakukan
tes tidak masuk akal. Ungkapan ini menunjukkan betapa erat kaitan antara
pembelajaran dengan evaluasi. Demikian pula Pernel dalam Ngalim Purwanto (2003:
8) mengemukakan sebagai berikut:
Pengukuran
adalah langkah awal dari pembelajaran. Tanpa pengukuran tidak dapat terjadi
penilaian. Tanpa penilaian tidak
akan terjadi umpan balik, tanpa umpan balik tidak akan diperoleh pengetahuan
yang baik tentang hasil, tanpa pengatahua tentang hasil , tidak dapat terjadi
perbaikan-perbaikan yang sistematis dalam pembelajaran.
Kutipan di atas makin jelas
menunjukkan kepada kita bahwa evaluasi merupakan suatu komponen yang sangat
erat berkaitan dengan komponen-komponen lain dalam pembelajaran. Dapat
dikatakan bahwa evaluasi dan pembelajaran itu saling membantu. Evaluasi
haruslah membantu pembelajaran dalam mencapai tujuan-tujuan yang telah
ditetapkan.
Evaluasi, penilaian dan pengukuran
dan tes sepintas sama akan tetapi berbeda artinya. Evaluasi lebih luas ruang
lingkupnya daripada penilaian, sedangkan penilaian lebih terfokus pada aspek
tertentu saja yang merupakan bagian dari ruang lingkup tersebut. Jika hal yang
ingin dinilai adalah sistem pembelajaran, maka ruang lingkupnya adalah semua
komponen pembelajaran, dan istilah yang tepat untuk menilai sistem pembelajaran
adalah evaluasi, bukan penilaian. Jika hal yang ingin dinilai satu atau
beberapa bagian/komponen pembelajaran, misalnya hasil belajar, maka istilah
yang tepat digunakan adalah penilaian, bukan evaluasi. Disamping itu, ada juga
istilah pengukuran. Kalau evaluasi dan penilaian bersifat kualitatif, maka
pengukuran bersifat kuantitatif (skor/angka) yang diperolah dengan menggunakan
suatu alat ukur atau instrumen yang standar (baku). Dalam konteks hasil
belajar, alat ukur atau instrumen tersebut dapat berbentuk tes atau non tes.
Tes standar sering digunakan untuk menyeleksi calon mahasiswa baru PTN.
Dalam sistem pembelajaran, evaluasi
merupakan salah satu komponen penting dan tahap yang harus ditempuh oleh guru
untuk mengetahui keefektifan pembelajaran. Hasil yang diperoleh dari evaluasi
dapat dijadikan balikan (feed-back) bagi
guru dalam memperbaiki dan menyempurnakan program dan kegiatan pembelajaran. Di
sekolah, kita sering mendengar bahwa guru sering memberikan ulangan harian,
ujian akhir semester, ujian blok, tagihan, tes tertulis, tes lisan, tes
tindakan, dan sebagainya. Istilah-istilah ini pada dasarnya merupakan bagian
dari sistem evaluasi itu sendiri.
Ada beberapa istilah yang sering
disalah artikan dan disalahgunakan dalam praktik evaluasi, yaitu tes,
pengukuran, penilaian, dan evaluasi. Secara konsepsional istilah-istilah
tersebut berbeda satu sama lain, tetapi mempunyai hubungan yang erat. Istilah
“tes” berasal dari bahasa latin “testum” yang berarti sebuah piring atau
jambangan dari tanah liat. Istilah tes ini kemudian dipergunakan dalam lapangan
psikologi dan selanjutnya hanya dibatasi sampai metode psikologi, yaitu suatu
cara untuk menyelidiki seseorang. Penyelidikan tersebut dilakukan mulai dari
pemberian suatu tugas kepada seseorang atau untuk untuk menyelesaikan suatu
masalah.
Menurut Gilbert Sax dalam Zaenal Arifin
(2010:2) mengemukakan bahwa tes adalah
Sebagai
suatu tugas atau rangakaia tugas, dapat
berbentuk soal atau perintah/suruhan lain yang harus dikerjakan oleh peserta
didik. Hasil kuantitatif ataupun kualitatif dari pelaksanaan tugas itu dugunakan
untuk menarik kesimpulan-kesimpulan tertentu terhadap seseorang.
Hamid
Hasan dalam Zaenal Arifin (2010:3) menjelaskan tes adalah alat pengumpulan data
yang dirancang secara khusus. Kekhususan tes dapat terlihat dari konstruksi
butir (soal) yang dipergunakan. Rumusan ini lebih terfokus pada tes sebagai
alat pengumpul data.
Mengacu
pada pendapat diatas dapat penulis kemukakan bahwa pada hakikatnya tes adalah
suatu alat yang berisi serangkaian tugas yang harus dikerjakan atau soal-soal
yang harus dijawab oleh peserta didik untuk mengukur suatu aspek prilaku
tertentu. Dengan demikian , fungsi tes adalah sebagai alat ukur. Dalam tes
prestasi belajar, aspek prilaku yang khendak diukur adalah tingkat kemampuan
peserta didik dalam menguasai materi pelajaran yang telah disampaikan.
Istilah
penilaian merupakan alih bahasa dari istilah assessment bukan dari istilah evaluation.
Puskur Balitbang Depdiknas (2006) mengemukakan penilaian adalah suatu kegiatan
untuk memberikan berbagai informasi secara berkesinambungan dan menyeluruh
tentang proses dan hasil yang telah dicapai siswa. Kata menyeluruh mengandung arti bahwa penilaian tidak hanya ditujukan
pada suatu penguasaan.
Menurut Zaenal
Arifin (2010: 4) dikemukakan bahwa pengukuran adalah suatu proses atau kegiatan
untuk menentukan kuantitas sesuatu. Kata “sesuatu bisa berarti peserta didik,
guru, gedung sekolah, meja belajar, wahite
board dansebaginya. Dalam proses pengukuran, tentu guru harus menggunakan
alat ukur (tes atau non tes). Alat ukur tersebut harus standar, yang memiliki
derajad validitas dan reliabelitas yang tinggi. Dalam bidang pendidikan,
psikologi, maupun variabel-variabel sosial lainnya, kegiatan pengukuran
biasanya menggunakan tes. Dalam sejarah perkembangan pengukuran psikologi yang
dinamakan psychometric. Meskipun demikian boleh saja suatu kegiatan penilaian
dilakukan tanpa melalui proses pengukuran.
Post a Comment for "Hubungan antara Pembelajaran dengan Evaluasi"