Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Aktivitas Belajar

Aktivitas Belajar
Kegiatan pembelajaran dimaksudkan agar tercipta kondisi yang memungkinkan terjadinya belajar pada diri siswa. Dalam suatu kegiatan pembelajaran dapat dikatakan terjadi belajar apabila terjadi proses perubahan prilaku pada diri siswa sebagai hasil dari suatu pengalaman. Dari jabaran kegiatan pembelajaran tersebut, maka dapat diidentifikasi 2 aspek penting yang ada dalam kegiatan pembelajaran tersebut. Aspek pertama adalah aspek hasil belajar yakni perubahan prilaku pada diri siswa. Aspek kedua adalah aspek proses belajar, yakni sejumlah pengalaman intelektual, dan fisik pada diri siswa (Dimyati dan Mudjiono, 2010:135-136)

Pengajaran yang efektif adalah pengajaran yang menyediakan kesempatan belajar sendiri atau melakukan aktivitas sendiri. Siswa dilatih belajar sambil bekerja (Learning by doing). Dengan bekerja mereka memperoleh pengetahuan, pemahaman, dan aspek-aspek tingkah laku lainnya serta mengembangkan keterampilan yang bermakna untuk hidup di masyarakat. (Hamalik, 2005:171-172)

Montessori (dalam Sardiman, 2005:96) menyatakan bahwa anak-anak (peserta didik) memiliki tenaga-tenaga untuk berkembang sendiri. Pendidik akan berperan sebagai pembimbing dan mengamatti bagaimana perkembangan anak-anak didiknya. Pernyataan ini memberikan petunjuk bahwa yang banyak melakukan aktivitas di dalam pembentukan diri adalah anak itu sendiri sedang pendidik memberikan bimbingan dan merencanakan segala kegiatan untuk anak didik.

Sekolah adalah salah satu pusat kegiatan belajar.  Dengan demikian, di sekolah merupakan arena untuk mengembangkan aktivitas.  Aktivitas siswa tidak cukup hanya dengan mendengarkan atau mencatat seperti yang lazim dilaksanakan selama ini.  Akan tetapi perlu adanya aktivitas-aktivitas positif lain yang dilakukan oleh siswa .  Paul B. Diedrich (dalam Sardiman, 2005: 100-101) membuat suatu data yang berisi 177 macam kegiatan siswa yang antara lain dapat digolongkan sebagai berikut :
1.          ”Visual activities, yang termasuk di dalamnya misalnya, membaca,   memperhatikan gambar demonstrasi, percobaan, pekerjaan orang lain.
2.              Oral activities, seperti : menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi, interupsi.
3.              Listening activities, sebagai contoh, mendengarkan: uraian, percakapan, diskusi, musik, pidato.
4.              Writing activities, seperti misalnya menulis cerita, karangan, laporan, angket, menyalin.
5.              Drawing activities, misalnya: menggambar, membuat grafik, peta, diagram.
6.              Motor activities, yang termasuk didalamnya antara lain: melakukan per-cobaan, membuat konstruksi, model mereparasi, bermain, berkebun, beternak.
7.              Mental activities, sebagai contoh misalnya: menanggap, mengingat, me-mecahkan soal, menganalisis, melihat hubungan, mengambil keputusan.
8.              Emotional activities, seperti misalnya, menaruh minat, merasa bosan, gembira, bersemangat, bergairah, berani, tenang, gugup”.


Dalam proses pembelajaran, guru perlu menimbulkan aktivitas siswa dalam berpikir maupun berbuat.  Penerimaan pelajaran jika dengan aktivitas siswa sendiri, kesan itu tidak akan berlalu begitu saja, tetapi dipikirkan, diolah kemudian dikeluarkan lagi dalam bentuk berbeda.  Atau siswa akan bertanya, mengajukan pendapat, menimbulkan diskusi dengan guru.  Dalam berbuat siswa dapat menjalankan perintah, melaksanakan tugas, membuat grafik, diagram, intisari dari pelajaran yang disajikan oleh guru.  Bila siswa menjadi partisipasi yang aktif, maka ia memiliki ilmu/pengetahuan itu dengan baik (Slameto, 1995:36).

Belajar bukanlah hanya sekedar menghafal sejumlah fakta atau informasi.  Belajar adalah berbuat, memperoleh pengalaman tertentu sesuai dengan tujuan yang diharapkan.  Oleh karena itu, pengalaman belajar siswa harus dapat mendorong agar siswa beraktivitas melakukan sesuatu.  Aktivitas tidak dimaksudkan terbatas pada aktivitas fisik, akan tetapi juga meliputi aktivitas yang bersifat psikis seperti aktivitas mental (Sanjaya, 2009:170). 

C.  Penguasaan Konsep
Ausubel (dalam Dahar, 1996:110) mengemukakan bahwa belajar dapat diklasifikasikan menjadi dua dimensi. Dimensi pertama berhubungan dengan cara materi pelajaran disajikan pada siswa, apakah melalui penerimaan atau penemuan. Dimensi kedua menyangkut cara bagaimana siswa dapat mengaitkan informasi itu pada struktur kognitif yang telah ada sebelumnya. Struktur kognitif yang dimaksud adalah fakta-fakta, konsep-konsep, dan generalisasi yang telah dipelajari dan diingat oleh siswa.

Belajar menurut bruner (dalam Dahar, 1996:100-101) merupakan suatu pengembangan kategori-kategori dan pengembangan suatu sistem pengkodean yang melibatkan tiga proses yang berlangsung hampir bersamaan. Ketiga proses tersebut ialah memperoleh informasi baru, kemudian mentransformasi informasi dan  yang terakhir adalah menguji relevansi dan ketepatan pengetahuan. Belajar sebagai suatu proses yang terjadi karena adanya usaha untuk mengadakan perubahan terhadap diri manusia yang melakukan, dengan tujuan memperoleh perubahan dalam dirinya, baik berupa pengetahuan, keterampilan, ataupun sikap.

Post a Comment for "Aktivitas Belajar"