Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Teori Belajar Menurut Beberapa Ahli

Teori Belajar Menurut Beberapa Ahli

Teori Belajar Piaget
Piaget  memandang bahwa  perkembangan  kognitif merupakan suatu proses genetik, dengan bertambah umur seseorang, makin kompleks susunan sel syarafnya, makin meningkat pula kemampuannya.  Mana kala seseorang berkembang menjadi dewasa akan mengalami adaptasi biologis dengan lingkungannya yang akan menyebabkan  adanya perubahan kemampuan berpikir dalam struktur kognitifnya, Tingkatan itu bersifat hierarkhik, maksudnya harus dilalui berdasarkan urutan tertentu yaitu mulai tingkat sensorimotorik  sejak  lahir sampai usia 18 bulan.  Operasional  konkrit usia 18 bulan sampai 11 tahun, dan operasi formal  usia 11 tahun sampai dewasa, selanjutnya Piaget (1962) menjelaskan pula  bahwa seseorang mendapat  kecakapan intelektual pada umumnya berhubungan dengan proses mencari keseimbangan antara apa yang dirasakan  diketahui pada satu sisi dengan  fenomena baru  yang dihadapi  sebagai suatu pengalaman atau persoalan. Bila seseorang dalam kondisi saat ini dapat mengatasi situasi baru, keseimbangannya tidak terganggu, berarti  ia telah memperoleh kecakapan intelektual, jika tidak  ia harus melakukan adaptasi dengan lingkungannya.  Proses adaptasi mempunyai dua bentuk yaitu asimilasi dan akomodasi. Asimilasi adalah proses penyatuan informasi baru  ke dalam struktur kognitif, akomodasi adalah proses penyesuaian struktur kognitif ke dalam situasi baru, sedangkan ekulibrasi adalah penyesuaian  berkesinambungan antara asimilasi dan akomodasi.  Alex Moore  menjelaskan bahwa teori belajar Piaget dapat membantu sensitifitas berpikir siswa, untuk disampaikan kepada guru secara interaktif, guna memahami suatu konsep secara lengkap. Dengan  adanya keterlibatan siswa  dalam penataan struktur kognitif, maka siswa dapat membentuk skema baru dari pengalaman dan informasi baru. Teori skema dari Piget melandasi pandangannya pada konstruktivisme., peran guru  dapat dilakukan sebagai fasilitator belajar.




2. Teori Belajar Vigotsky
Vigotsky berpandangan bahwa perkembangan kognitif seseorang ditentukan oleh individu sendiri secara aktif dan lingkungan sosialnya. Teori sosiogenesis dari Vigotsky yang dikenal dengan revolusi sosial culturall mengemukakan 2 konsep, yaitu: hukum genetic tentang perkembangan (genetic law of development) dan Zone perkembangan proximal ( Zona of proximall development) dapat dijelaskan sebagai berikut:
a.  Genetic law of development
Dalam penerapan hukum genetik tentang pembentukan pengetahuan dan perkembangan  kognitif, ia berpandangan bahwa kemampuan seseorang akan tumbuh dan berkembang melalui tataran sosial, tempat orang bergaul dalam lingkungan sosialnya,  dan tataran psikologis  yang terjadi dalam diri orang yang bersangkutan.  Lingkungan sosial sebagai faktor primer dan konstitutif   terhadap pengetahuan dan perkembangan kognitif seseorang.  Pada tataran psikologis, pengetahuan dan perkembangan kognitif melaluii penguasaan dan internalisasi nilai dalam proses sosial yang dialaminya.

Penerapan hukum genetik tentang perkembangan memunculkan pemikiran bahwa bahan ajar hendaknya menyiapkan tugas-tugas yang memberii kesempatan siswa untuk berpartisipasi dalam kegiatan sosial yang berhubungan dengan materi yang dipelajari. Selanjutnya proses pemaknaan  dan mengkonstruksi pengetahuan dapat diperoleh, setelah terjadinya proses internalisasi. Dalam hal ini belajar dan berkembang merupakan 2 hal yang saling berkaitan dan menentukan pembentukan pengetahuan  dani perkembangan kognitif seseorang.

b. Zone of Proximal Development (ZPD)
Vigotsky menjelaskan bahwa kemampuan dan perkembangan kognitif seseorang dapat dibedakan dalam dua tingkatan yaitu: Tingkat perkembangan aktual anak yang tampak dari kemampuannya melaksanakan tugas-tugas atau memecahkan masalah secara mandiri, dan tingkat perkembangan potensial  yang tampak dari kemampuan seseorang menyelesaikan tugas-tugas dan memecahkan masalah, ketika dibimbing oleh orang dewasa atau ketika bekerjasama dengan teman sebaya. Jarak antara perkembangan actual dengan perkembangan potensial disebut ZPD. ZPD dipandang sebagai wilayah penyangga untuk mencapai taraf perkembangan kognitif semakin tinggi. Upaya yang dapat dilakukan adalah dengan menggunakan Cognitif Scaffolding, yaitu berupa bantuan  berupa petunjuk atau pedoman mengerjakan tugas, langkah-langkah prosedur kegiatan, bagan alaur yang memudahkan seseorang belajar untuk meningkatkan pengetahuan dan perkembangan kognitifnya.

3   Teori belajar Robert M. Gagne  
Gagne mengemukakan  teori pemrosesan informasi, bahwa dalam pembelajaran  terjadi proses penerimaan informasi, untuk kemudian diolah, sehingga  menghasilkan  keluaran  dalam bentuk hasil pembelajaran. Dalam pemrosesan informasi  terjadi  adanya  interaksi  antara kondisiinternal dankondisi eksternal individu. Peringkat  proses pembelajaran menurut teori Gagne (1985)  dikutip oleh Mohamad Surya terjadi melalui 8 fase yaitu: (1) motivasi, (2) pemahaman, (3) pemerolehan; (4) penahanan; (5) ingatan kembali; (6) generalisasi; (7) perlakuan, dan (8) umpan balik. Dalam  setiap fase akan terjadi pemrosesan tertentu.  Selanjutnya  Gagne mengemukakan  sembilan  langkah  pembelajaran di kelas yaitu:
(1)     Melakukan  tindakan untuk menarik perhatian siswa
(2)     Memberikan informasi  kepada siswa   tujuan pembelajaran dan topik yang dibahas
(3)     Merangsang siswa untuk memulai aktivitas pembelajaran.
(4)     Menyampaikan isi pelajaran yang dibahas sesuai dengan topik.
(5)     Memberi bimbingan  bagi aktivitas siswa dalam pembelajaran
(6)     Memberikan pemantapan kepada perilaku belajar siswa
(7)     Memberikan umpan balik terhadap respon siswa
(8)     Melaksanakan penilaian proses dan hasil pembelajaran
(9)     Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengingat dan menggunakan hasil pembelajaran.

4.  Teori Belajar David Ausubel
Ausubel mengatakan seseorang akan dapat belajar secara bermakna, apabila ia dapat menghubungkan informasi yang diterima dengan apa yang telah diketahui sebelumnya. Advance Organizer yang juga dikembangkan oleh Ausubel merupakan penerapan konsepsi tentang struktur kognitif dalam merancang pembelajaran. Penggunaan advance Organizer sebagai kerangka isi akan dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam mempelajari informasi baru, karena merupakan kerangka  dalam bentuk  ringkasan konsep dasar tentang apa yang dipelajari.







5.  Teori Belajar Jerome Bruner   
Menurut Bruner perkembangan kognitif seseorang terjadi melalui tiga tahap yaitu: 
1)            Tahap enaktif, seseorang  melakukan kegiatan belajar  sebagai upaya untuk memahami lingkungan sekitarnya, artinya dalam memahami dunia sekitarnya  anak menggunakan pengetahuan motorik
2)            Tahap ikonik, seseorang memahami obyek melalui visualisasi verbal, atau dalam bentuk perumpamaan dan perbandingan
3)            Tahap simbolik,  adalah kemampuan belajar seseorang telah melahirkan ideatau gagasan abstrak yang sangat dipengaruhi oleh kemampuannya dalam berbahasa dan logika

2.3.3. Prinsip-Prinsip Belajar
Prinsip-prinsip belajar adalah “hal-hal yang sangat penting yang harus ada dalam suatu proses belajar dan pembelajaran” (Darsono 2000:26). Jika hal-hal tersebut diabaikan, dapat dipastikan pencapaian hasil belajar tidak optimal. Menurut Darsono (2000:26) terdapat beberapa prinsip belajar yaitu :
a.       Kesiapan Belajar
Faktor kesiapan, baik fisik maupun psikologis merupakan kondisi awal suatu kegiatan belajar. Kondisi fisik yang tidak kondusif seperti sakit akan mengganggu proses belajar. Demikian pula kondisi psikologis yang kurang baik seperti gelisah, tertekan merupakan kondisi awal yang tidak menguntungkan bagi kelancaran belajar siswa.
b.      Perhatian
Perhatian adalah pemusatan tenaga psikis tertuju pada suatu objek. Belajar sebagai suatu aktivitas yang kompleks sangat membutuhkan perhatian dari siswa yang belajar. Untuk dapat memperoleh hasil belajar yang baik, maka siswa harus mempunyai perhatian terhadap bahan yang dipelajarinya. Jika bahan pelajaran tidak menjadi perhatian siswa, maka timbullah kebosanan yang mengakibatkan siswa malas belajar.
c.       Motivasi
Motivasi siswa dalam belajar terkadang sangat tinggi, terkadang tidak timbul sama sekali. Siswa yang mempunyai motivasi belajar yang baik dan kuat, hal itu akan memperbesar usaha dan kegiatannya dalam mencapai prestasi yang tinggi. Sedangkan siswa yang kehilangan motivasi dalam belajar akan memberi dampak kurang baik bagi prestasi belajarnya.
d.      Keaktifan Siswa
Dalam kegiatan belajar mengajar, siswa merupakan subjek. Oleh karena itu siswa harus aktif dan tidak boleh pasif. Dengan bantuan guru siswa harus mampu mencari, menemukan, dan menggunakan pengetahuan yang dimilikinya. Siswa harus dipandang sebagai makhluk yang dapat diajar dan mampu belajar. Dengan pandangan ini seyogyanya guru membelajarkan siswa sedemikian rupa, sehingga keaktifan siswa betul-betul terwujud.
e.       Mengalami sendiri
Siswa yang belajar dengan melakukan sendiri akan memberikan hasil belajar yang lebih bermakna dan pemahaman yang lebih mendalam. Prinsip mengalami sendiri diartikan bahwa siswa tidak hanya tahu secara teoritis, tetapi juga secara praktis. Agar prinsip ini terwujud, guru harus melakukan pembelajaran yang memungkinkan siswa mengalami sendiri, misalnya dengan metode inquiri, dan eksperimen.
f.       Pengulangan
Untuk mempelajari materi sampai taraf insight siswa perlu membaca, berfikir, mengingat dan yang tidak kalah penting adalah latihan. Dengan latihan berarti siswa mengulang-ulang materi yang dipelajari sehingga materi makin mudah diingat. Agar pengulangan ini terlaksana guru dapat mendorong siswa supaya melakukan pengulangan, misalnya dengan memberikan pekerjaan rumah atau tugas.
g.      Materi pelajaran yang menantang
Keberhasilan belajar sangat dipengaruhi oleh rasa ingin tahu terhadap suatu persoalan. Rasa ingin tahu akan timbul apabila materi pelajaran yang dihadapi siswa bersifat menantang atau problematis. Oleh karena itu guru hendaknya sering memberikan materi yang problematis untuk merangsang rasa ingin tahu siswa yang pada akhirnya membuat anak aktif belajar.
h.      Balikan dan Penguatan
Balikan adalah masukan yang sangat penting baik bagi siswa maupun bagi guru. Dengan balikan siswa mengetahui sejauh mana kemampuannya dalam suatu hal. Balikan ini juga berharga bagi guru untuk menentukan remedial teaching.
Penguatan adalah suatu tindakan yang menyenangkan dari guru terhadap siswa yang telah berhasil melakukan suatu perbuatan belajar. Dengan penguatan diharapkan siswa akan mengulangi perbuatan yang sudah baik.
i.        Perbedaan Individual
Masing-masing siswa mempunyai karakteristik, baik dilihat dari segi fisik maupun psikis. Dengan adanya perbedaan ini menuntut adanya perbedaan perlakuan antara siswa yang satu dengan yang lain. Dalam hal ini seorang guru harus mampu membuat strategi pengajaran terutama dalam hal pemilihan metode yang disesuaikan dengan kemampuan siswa dalam belajar


Semua prinsip belajar sebagaimana tersebut di atas saling berkaitan, artinya penerapan suatu prinsip dapat mewujudkan prinsip-prinsip lain. Yang harus memperhatikan prinsip-prinsip belajar tidak hanya siswa yang belajar tetapi guru juga harus menerapkan prinsip-prinsip tersebut pada saat membelajarkan siswa. Apabila prinsip-prinsip belajar diperhatikan dan dilaksanakan oleh guru dan siswa dapat dipastikan pembelajaran akan mencapai hasil seperti yang diharapkan.

Post a Comment for "Teori Belajar Menurut Beberapa Ahli"