Pi’il Pesenggiri dalam Kehidupan Kekerabatan Masyarakat Lampung
Pi’il Pesenggiri dalam Kehidupan
Kekerabatan Masyarakat Lampung
Pi’il pesenggiri merupakan pandangan hidup atau
pedoman hidup masyarakat suku Lampung, konsep dan arti pi’il pesenggiri
tersebut antara individu yang satu dengan yang lain mungkin berbeda, suatu
tindakan atau perbuatan yang dianggap pi’il atau pesenggiri oleh seseorang
belum tentu ia juga merupakan pi’il dan pesenggiri bagi orang lain namun
demikian pada dasarnya arti dan konsep pi’il pesenggiri adalah menyangkut
masalah harga diri dan kehormatan pribadi, keluarga maupun kerabat yang harus
diperhatikan.
Dengan demikian istilah pi’il pesenggiri lebih
banyak diketahui dari orang tua mereka dibandingakan dengan hasil pergaulan
dalam masyarakat. Dari hal tersebut dapat pula diketahui bahwa istilah pi’il
pesenggiri lebih banyak di dapatkan dari sosialisasi dalam keluarga. Oarng tua
mungkin dengan sengaja mengajarkan pada anaknya bahwa pada masyarakat suku
Lampung terdapat suatu pedoman atau pegangan untuk menjalankan hidup
sehari-hari yaitu yang disebut pi’il pesenggiri.
Menurut Kuntara Raja Niti dalam Prof. H. Hilman
Hadikusuma bahwa tandanya orang Lampung itu mempunyai pi’il pesenggiri. Ini
dapat diartikan betapa pentingnya pi’il pesenggiri bagi masyarakat suku Lampung
khususnya Lampung Pesisir, sehingga diperlukan suatu bentuk sosialisasi bagi
generasi berikutnya agar tidak kehilangan identitas dirinya sebagai orang
Lampung.
Hubungan kekerabatan karena pertalian darah ,
berarti hubungan yang menyangkut antara kedua orang tua, Bapak-kemaman dan adik
semuakhian (adik beradik). Seorang ayah sekaligus sebagai kepala keluarga atau
pimpinan dalam rumah tangga mempunyai tanggung jaab menjaga kehormatan
keluarganya.
Pi’il pesenggiri seorang kepala keluarga “suami”
juga akan muncul jika suatu ketika istrinya diganggu oleh orang lain dalam arti
dihina atau di pukul di depan umum tanpa sebab, diperkosa atau digauli oleh
orang lain jika hal tersebut terjadi maka suatu tindakan atau rekasi seketika
akan terlihat, pada umumnya reaksi tersebut lebih bersifat tindakan kekerasan
yang bisa mencapai puncaknya yaitu dengan senjata tajam (sepagasan).
Bagi seorang punyimbang dimana ia memiliki
kedudukan yang tinggi dalam masyarakat adatnya, ada kemungkinan ia memiliki
pi’il pesenggiri yang tinggi pula dalam arti pi’il pesenggiri selalu
dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari dan hampir setiap gerak dan tingkah
lakunnya di identikkan dengan pi’il pesenggiri. Jika punyimbang tersebut
memiliki anak laki-laki dan anak tersebut adalah yang tertua yang pada
gilirannya kelak akan menggantikan kedudukan orang tuanya, biasanya sejak anak
itu lahir ia akan mendapat juluk atau panggilan yang istimewa dari kelurga
serta kerabatnya dan jika ia telah dewasa kemudian menikah maka orang tua dan
kerabatnya tidak segan-segan mengeluarkan harta yang besar walaupun harus
menjual harta yang mereka miliki.
Pada kenyataannya memang hal tersebut sering
terjadi seorang punyimbang yang akan melaksanakan pernikahan pada umumnya
dengan melaksanakan upacara adat, besar-besaran, seolah-olah mereka akan
menunjukkan pada orang lain bahwa mereka mampu melaksanakan suatu yang besar
dan ini tentu menjadi kebanggaan keluarga dan kerabat.
Kalau dikaji lebih mendalam sebenarnya mereka
tidaklah ahrus melakukan upacara adat besar-besaran dan peraturan adat untuk
ini pun tidak ada lalu apa yang mendorong mereka melakukan hal tersebut, tidak
lain adalah untuk menjaga pi’il pesenggirinya, menjaga nama baik keluarga dan
kerabat, karena mereka beranggapan tidaklah pantas bagi seorang punyimbang bila
menikahkan anaknya hanya dengan upacara kecil-kecilan dan tidak berarti.
Menurut Hilman Hadikusuma dalam skripsi Usman
Husen (1982;12) “pandangan hidup adalah sistem pedoman tentang apa yang baik
dan apa yang tidak baik dalam cita-cita hidup sesorang atau masyarakat tertentu,
dan pandangan hidup merupakan pendapat dan pertimbangan terhadap hidup di dunia
dan merupakan alam fikiran yang dianggap baik dalam hidup.
Pandangan hidup yang merupakan pendapat dan
pertimbangan hidup di dunia atau merupakan alam fikiran yang agak baik dalam
hidup, terdapat pula dalam masyarakat suku Lampung yaitu pandangan hidup pi’il
pesenggiri, dimana merupakan konsep dasar mengenai kehidupan yang
dicita-citakan dan mengandung nilai-nilai tradisional yang diyakini
kebenarannya sehingga keberadaannya pada sebagian masyarakatnya tetap
dipertahankannya.
Post a Comment for " Pi’il Pesenggiri dalam Kehidupan Kekerabatan Masyarakat Lampung"