Aspek Sikap
A.
Aspek
Sikap
Fishbein and Ajzen
dalam buku Azwar (2012:28) menyatakan terdapat dua aspek pokok dalam hubungan
antara sikap dengan prilaku, yaitu:
1. Aspek
keyakinan terhadap perilaku
Keyakinan terhadap perilaku merupakan
keyakinan individu bahwa menampilkan perilaku tertentu akan menghasilkan
akibat-akibat atau hasil-hasil tertentu. Aspek ini merupakan aspek pengetahuan
individu tentang objek sikap dengan kenyataan. Semkakin positif keyakinan
individu akan akibat dari suatu objek sikap, maka akan semakin positif pula sikap
individu terhadap objek sikap tersebut, demikian pula sebaliknya.
2. Aspek
evaluasi akan perilaku
Evaluasi akan akibat perilaku merupakan
penilaian yang diberiakan oleh individu terhadap tiap akibat atau hasil yang
dapat diperoleh apabila menampilkan perilaku tertentu. Evaluasi atau penilaian
ini dapat bersifat menguntungkan dapat juga merugikan, berharga atau tidak
berharga, menyenangkan atau tidak menyenangkan. Semakin positif evaluasi
individu akan akibat dari suatu objek sikap, maka akan semakin positif pula
sikap terhadap objek tertentu, demikian pula sebaliknya.
B.
Fungsi
Sikap
Fungsi sikap menurut
Ahmadi (2009: 165) dibagi menjadi empat golongan, yaitu sebagai berikut :
1. Sikap
berfungsi sebagai alat untuk menyesuaikan diri
Sikap adalah sesuatu yang bersifat
cammunicabel, artinya sesuatu yang mudah menjalar sehingga mudah pula menjadi
sumber bersama. Golongan yang mendasarkan atas kepentingan bersama dan
pengalaman bersama biasanya ditandai oleh adanya sikap anggotanya yang sama
terhadap suatu obyek. Dengan demikian sikap bisa menjadi rantai penghubung
antara orang dengan kelompoknya atau dengan anggota kelompok yang lain.
2. Sikap
berfungsi sebagai alat pengatur tingkah laku
Sikap seseorang seharusnya konsisten
dengan perilaku. Seandainya sikap tidak konsisten dengan perilaku, mungkin ada
faktor dari luar diri manusia yang membuat sikap dan perilaku tidak konsisten.
Faktor tersebut antara lain adalah sistem nilai yang berada di masyarakat,
norma, politik dan budaya.
3. Sikap
berfungsi sebagai alat pengatur pengalaman-pengalaman
Manusia di dalam menerima
pengalama-pengalaman dari dunia luar sikapnya tidak pasif, tetapi diterima
secara aktif. Semua pengalaman yang berasal dari dunia luar itu tidak semuanya
dilayani oleh manusia, tetapi manusia memilih mana yang perlu dan mana yang
tidak perlu sehingga tidak akan mengganggu.
4. Sikap
berfungsi sebagai pernyataan kepribadian
Sikap sering mencerminkan pribadi
seseorang. Karena sikap tidak pernah terpisah dari pribadi yang mendukungnya
(individu). Oleh karena itu dengan melihat sikap pada obyek tertentu, sedikit
banyak orang bisa mengetahui pribadi orang tersebut.
C.
Pengukuran
sikap
Salah satu aspek yang sangat penting dalam memahami sikap
dan perilaku manusia adalah masalah pengungkapan (assessment) atau pengukuran (meansurement)
sipa. Oleh karena itu, masalah pengukuran sikap akan mendapat perhatian khusus
dalam pembahasan ini.
Yang dimana sikap merupakan respondens evaluatif yang dapat
berbentuk positif maupun negatif. Hal ini berarti bahwa dalam sikap terkadung
adanya preferensi atau rasa suka-tidak suka terhadap sesuatu sebagai objek
sikap. Pengukuran sikap dapat dilakukan dengan menilai pernyataan sikap
seseorang. Pernyataan sikap adalah rangkaian kalimat yang mengatakan
sesuatu mengenai obyek sikap yang hendak diungkap.
Pernyataan sikap mungkin berisi atau mengatakan hal-hal yang
positif mengenai obyek sikap, yaitu kalimatnya bersifat mendukung atau memihak
pada obyek sikap. Pernyataan ini disebut dengan pernyataan yang favourable.
Sebaliknya pernyataan sikap mungkin pula berisi hal-hal negatif mengenai obyek
sikap yang bersifat tidak mendukung maupun kontra terhadap obyek sikap.
Pernyataan seperti ini disebut dengan pernyataan yang tidak favourable.
Dalam buku Azwar (2013: 87) menurut Sax (1980) karangan
bukunya yang berjudul Principles of
Educational and Psychological Meansurement and Evaluation, menunjukkan
beberapa karakteristik (dimensi) sikap yaitu sebagai berikut:
1.
Sikap
mempunyai arah, artinya sikap terbagi pada dua arah kesetujuan yaitu apakah setuju
atau tidak setuju, apakah mendukung atau tidak mendukung, apakah memihak atau
tidak memihak terhadap sesuatu atau seseorang sebagai objek.
2.
Sikap
memiliki intensitas, artinya kedalaman atau kekuatan sikap terhadap sesuatu
belum tentu sama walaupun arahnya tidak berbeda. Dua orang yang sama tidak suka
terhadap sesuatu, yaitu sama-sama memiliki sikap yang berarah negatif belum
tentu memiliki sikap negatif yang sama intensitasnya.
3.
Sikap
juga memiliki keluasan, maksudnya kesetujuan atau tisikap dapatdak setujuan
terdapa suatu objek mengenai hanya aspek yang sedikit dan sangat spesifik akan
tetapi dapat pula mencakup banyak sekali aspek yang ada pada objek sikap.
4.
Sikap
juga memilki konsistensi, artinya kesesuaian antara pernyataan sikap yang
dikemukakan dengan responsnya terhadap objek sikap termaksud. Konsistensi sikap
diperhatikan oleh kesesuaian sikap antara waktu. Untuk dapat konsisten, sikap
harus bertahan dalam diri individu untuk waktu yang relatif panjang. Sikap
sangat cepat berubah, yang labil, tidak dapat berahan lama dikatakan sebagai
sikap yang inkonsisten.
Konsistensi dalam bersikap tidak sama tingkatannya pada
setiap diri individu dan setiap objek sikap. Sikap yang tidak konsisten, yang
tidak menunjukkan kesesuaian antara pernyataan sikap dan perilakunya, atau yang
mudah berubah-ubah dari waktu ke waktu akan sulit diinterpretasikan dan tidak
banyak berarti dalam memahami serta memprediksi perilau individu yang
bersangkutan.
Harus dibedakan antara pengertian sikap yang tidak konsisten
dan pengertian sikap yang tidak memihak. Sikap yang tidak memihak atau netral
tetap disebut sikap juga walaupun arahnya tidak positif dan tidak negatif.
Orang dapat saja bersikap netral secara konsisten.
5.
Sikap
yang memiliki spontanitasnya, yaitu menyangkut sejauhmana kesiapan individu
untuk menyatakan sikapnya secara spontan. Sikap dikatan memiliki spontanitas
yang tinggi apabila dapat dinyatakan secara terbuka tanpa harus melakukan
pengungkapan atau desakan lebih dahulu agar individu mengemukakannya. Hal ini
tampak dari pengamatan terhadap indikator sikap sewaktu individu berkesempatan
untuk mengemukakan sikapnya. Dalam berbagai bentuk skala sikap yang umumnya
harus dijawab dengan “setuju” atau “tidak setuju”, spontanitas sikap ini pada
umumnya tidak dapat terlihat.
Pengukuran dan pemahaman terhadap
sikap, idealnya harus mencakup kesemua dimensi tersebut. Tentu saja hal itu
sangat sulit untuk dilakukan, bahkan mungkin sekali merupakan hal yang
mustahil. Belum ada atau mungkin tidak akan pernah ada instrumen pengukuran
sikap yang dapat mengungkap kesemua dimensi itu sekaligus. Banyak diantara
skala yang digunakan dalam pengukuran sikap hanya menggungkapkan dimensi arah
dan dimensi intensitas sikap saja, yaitu dengan hanya menunjukkan kecenderungan
sikap positif atau negatif dan memberikan tafsiran mengenai derajat kesetujuan
atau ketidaksetujuan terhadap respons individu.
D.
Faktor-faktor
Yang Mempengaruhi Pembentukan Sikap
Setiap orang memiliki
sikap yang berbeda-beda dan khas terhadap suatu perangsang dikarenakan adanya
faktor-faktor yang mempengaruhi, baik yang datang dari luar (ekstern) maupun
dari dalam diri sendiri (intern). Faktor-faktor tersebut dijelaskan sebagai
berikut:
1. Faktor
internal, yaitu faktor yang berasal dari dalam diri orang yang bersangkutan.
Faktor ini menentukan pilihan seseorang dalam memilih sesuatu yang akan
berdampak negatif bagi dirinya atau berdampak positif bagi kehidupannya.
2. Faktor
eksternal, yaitu faktor yang berasal dari luar diri orang yang bersangkutan.
Menurut
Azwar (2013:30) diantara faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap
antara lain:
1. Pengalaman
pribadi
Untuk dapat menjadi dasar
pembentukan sikap, pengalaman pribadi haruslah meninggalkan kesan yang kuat.
Karena itu sikap akan lebih mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi tersebut
terjadi dalam situasi yang melibatkan emosional.
2. Pengaruh
orang lain yang di anggap penting
Pada umumnya individu cenderung
untuk memiliki sikap searah dengan sikap orang yang di anggap penting.
Kecenderungan ini antara lain di motivasi oleh keinginan untuk menghindari
konflik dengan orang yang di anggap penting.
3. Pengaruh
kebudayaan
Tanpa di sadari kebudayaan itu
telah menanamkan garis pengaruh sikap kita terhadap berbagai masalah.
Kebudayaan telah mewarnai sikap anggotanya, karena budayalah yang memberi corak
pengalaman individi-individu masyarakat asuhannya.
4. Media
massa
Dalam pemberitaan surat kabar
maupun radio atau media komunikasi lainnya, berita yang seharusnya faktual di
sampaikan secara objektif cenderung di pengaruhi oleh sikap penulisnya,
akibatnya berpengaruh terhadap sikap konsumennya.
5. Lembaga
pendidikan dan lembaga agama
Konsep moral dan ajaran dari
lembaga pendidikan dan lembaga agama sangat menentukan sistem kepercayaan.
Tidaklah mengherankan jika pada gilirannya konsep tersebut mempengaruhi sikap.
6. Pengaruh
faktor emosional
Tidak semua bentuk sikap
ditentukan oleh situasi lingkungan dan pengalaman pribadi seseorang. Kadang
kala, suatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang di dasari emosional yang
berfungsi sebagai semacam penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme
pertahanan ego.
Post a Comment for " Aspek Sikap"