Pengertian Tradisi Nyambai
Pengertian Nyambai
Menurut Suntan sarif
seorang tokoh adat “Nyambai adalah
acara pertemuan bujang dan gadis sebagai ajang silaturahmi, perkenalan, dengan
menunjukkan kemampuannya dalam menari dan berbalas pantun”. Nyambai merupakan suatu bentuk tradisi
dalam acara adat Lampung Pesisir yang pelaksanaannya pada malam hari menjelang
hari pernikahan.
Tradisi nyambai pada masyarakat Desa Kejadian
masih tetap dipertahankan walaupun sudah jarang yang menggunakan. Pelaksanaan
tradisi nyambai ini di mulai sejak
tahun 1781an dan dapat dipahami sebagai suatu warisan dari dahulu tetapi disisi
lain ini bersangkutan paut sebagai hasil tradisi.
Dalam setiap acara
perkawinan di masyarakat Desa Kejadian selalu diadakan acara yang
diperuntungkan bagi masyarakat terutama bujang dan gadis untuk memberikan
hiburan bagi seluruh masyarakat yang datang ke acara adat tersebut.
Dari apa yang
diketengahkan oleh para pelaksana nyambai
yang sebagian besar dilaksanakan para bujang gadis ini, memang mempunyai
tujuan-tujuan yang tertata untuk ajang pergaulan, silaturahmi, menunjukkan
kemampuan dalam menari dan berbalas pantun, sekaligus turut serta memeriahkan
hajat dari tuan rumah.
a.
Tata Cara Prosesi Tradisi Nyambai
Menurut masyarakat
Bapak Juksan (50 tahun), yang diwawancarai pada hari sabtu tanggal 29 Desember
2012 pukul 19.00 WIB di rumah beliau di Desa Kejadian, menjelaskan:
Dalam tata
cara prosesi tradisi nyambai dipimpin
oleh seorang bujang yang dituakan di Desa Kejadian yang dijuluki sebagai
Jenong, yang berfungsi sebagai perantara bujang dan gadis berkomunikasi saat
acara sedang berlangsung ada beberapa tahapan yang dilakukan dalam prosesi
acara adat nyambai yaitu:
1. Tari-tarian
Kegiatan tarian nyambai dilakukan oleh bujang gadis (berpasang-
pasangan). Bentuk pertunjukan
tari Nyambai daerah pesisir terdiri dari dua rangkaian, yaitu tari kipas dan tari dibingi.
Tari ini merupakan tari berpasangan, ditarikan oleh dua orang gadis (muli)
dan dua orang bujang (Meghanai) secara bergantian. Adapun tata
cara dalam pelaksanaan tari Nyambai, dapat diuraikan sebagai berikut. Pertama, Jenong menghadap
Ketua Adat memberitahukan bahwa acara akan segera dimulai, setelah disetujui
oleh Ketua Adat kemudian Jenong memanggil kepala Bujang dari
masing-masing Marga, untuk bermusyawarah menentukan urutan peserta yang
tampil. Urutan yang tampil yang tampil telah disepakati antar
kepala-kepala bujang, kemudian acara berikutnya penyampaian tata tertib (tangguh)
kepada kelompoknya masing-masing. Kepala bujang dari masing-masing marga segera menyampaikan tangguh dan
memberitahukan urutan penampilan kepada para peserta tari.
Sebelum tari Nyambai
dipertunjukan, diawali dengan pemberian sirih dan Lampit yang di bawa oleh
gadis (Muli) dan Bujang (Menghanai Batin) pihak tuan rumah (baya). Sirih ini akan diberikan
kepada gadis (Muli) dan bujang (Meghanai) lainnya. Sirih dan Lampit diletakan di hadapan Muli dan Meghanai sebagai pertanda sebagai penampil berikutnya.
Tari
Nyambai dimulai dengan
urutan pertama, yaitu ditarikan oleh Muli Batin dan Meghanai Batin dari pihak tuan rumah (baya), dengan urutan sajiannya sebagai berikut:
a.
Tari Nyambai ditarikan
oleh Muli Batin kemudian dilanjutkan
oleh Meghanai Batin.
b. Tari Nyambai ditarikan oleh Muli
dan Meghanai dari para
Undangan,
secara bergantian dari Marga satu degan Marga
lain.
Setelah semua warga tampil,
acara tari Nyambai ditutup, Jenong kembali menghadap Ketua Marga
untuk melaporkan bahwa acara tari Nyambai
telah selesai, berjalan sukses dan lancar. Setelah mendapatkan izin
dan restu dari Ketua Marga, Jenong kembali menuju kelasa dan menyampaikan kepada peserta bahwa acara penyambaian
telah selesai. Acara kemudian ditutup dengan berdoa dan diakhiri dengan
makan bersama.
Tari Nyambai daerah pesisir lebih banyak mendapatkan
pengaruh budaya Jawa, Banten, dan Bengkulu. Budaya Jawa yang dimaksud adalah
budaya keraton, kemungkinan budaya keraton ini mendapat pengaruh dari kerajaan
di Jawa. Adanya unsur budaya keraton terlihat dari cara
berjalan para penari, ketika akan memasuki arena pertunjukan cara berjalannya
dilkukan dengan berjongkok sebagai penghormatan kepada Raja.
2. Berpantun
Berpatun pada acara nyambai dilakukan oleh bujang dan gadis
secara bergantian, ketika sang bujang menyampaikan pantun untuk gadis yang
dituju, maka gadis tersebut siap-siap membalas pantun yang dilontarkan oleh
sang bujang, berbalas pantun bujang gadis dinamakan “Pantun Muli Mekhanai
Bubalos (Nyambai)”. Adapun
contoh pantunnya yaitu:
Robbikum
yarobbikum (Robbikum
yarobbikum)
Robbikum sollu ala (Robbikum sollu ala)
Assalamualaikum... (Assalamualaikum)
Sekam buka suakha (Kami buka suara)
Mak mati pandan kudo (Tidak matikah pohon pandan)
Cadang ditekhak umbak (Rusak diterjang ombak)
Mak cadang badan kudo (Tidak rusak kah badan)
Musaka mak puliyak (Lama tidak terlihat)
Lamon kulak kuliyak (Banyak jamur saya lihat)
Tuwoh dilambung batu (Tumbuh di atas batu)
Lamon pudak kuliak (Banyak wajah ku lihat)
Kidang lain pudakmu (Tapi bukan wajahmu)
Kota raja pekonku (Kota raja kampungku)
Simpang sebelah kanan (Simpang sebelah kanan)
Kik haku yaddo niku (Menurut saya benar kamu)
Sai haga ngandan badan (Yang akan merawat badan)
Sekuting tanoh gincing (Sekuting tanah miring)
Duakha dunggak dedoh (Persimpangan di hulu dan di hilir)
Kik ngandan kon di gekhing (Kalau menuruti keinginan)
Haga pak munggak jemoh (Seperti ingin berangkat besok)
Sai da’A jak sekikim (Saya dari sekikim)
Sekula di SMA (Sekolah di SMA)
Kambang sayuk jak musim (Bunga yang telat musim)
Layau kik mak di gaga (Rusak bila tidak rawat)
Dang niku gambang lawok (Jangan kamu ragu laut)
Layer mak sai di angin (Layar
tidak bersatu dengan angin)
Dang niku salah semok (Jangan
kamu salah sangka)
Mak niatku kik balin (Niat
ku tidak akan berubah)
Haga nyak nyani titi (Ingin
saya membuat jembatan)
Kik bakal ya di sikhang (Jika akan diseberangi)
Haga nyak nyani janji (Ingin saya membuat janji)
Kik bakal mak pulipang (Jika tidak akan berpaling)
Pikha bilang ni bintang (Berapa jumlahnya bintang)
Sekhibu tantu liyu (Seribu pasti lebih)
Pikha bilang ni kundang (Berapa banyak kekasih)
Acak sai sapi niku (Tapi hanya satu dirimu)
Kik niku meli selop (Jika kamu membeli sandal)
Meli sai belang beling (Belilah yang belang-belang)
Kik niku pandang sikop (Kalau kamu melihat paras)
Sangon nyak kalah saing (memang saya kalah saing)
Cecok nyak tantang simpang (Berdiri saya di persimpangan)
Tabinta bukit tinggi (Teringat bukit tinggi)
Wayak mak tipupanjang (Pantun tidak diperpanjang)
wasalam penutupni.(Wasalam
penutupnya)
3. Kesuahan khukuk
Salah satu
bujang mengeluarkan sebatang rokok lalu diberikan kepada Jenong, kemudian Jenong
memberikan rokok tersebut kepada salah seorang gadis untuk dinyalakan, lalu
setelah dinyalakan sang gadis mengembalikan rokok tersebut kepada Jenong, kemudian Jenong mengembalikan kepada pemilik rokok itu.
4. Kirim surat
Salah satu
bujang menulis surat lalu diberikan
kepada Jenong, kemudian Jenong memberikan surat tersebut kepada
salah seorang gadis untuk dibaca oleh gadis tesebut, lalu setelah dibaca sang
gadis membalasan surat tersebut kepada Jenong,
kemudian Jenong memberikan surat
balasan itu kepada bujang.
5. Ngukukh kelapa
Ngukukh kelapa adalah kegiatan memarut kelapa oleh bujang gadis dilakukan sekitar
pukul 04.00 WIB di hari, kegiatan ngukukh
kelapa ini adalah bagian akhir dari acara nyambai.
b.
Eksistensi Nyambai Menurut Pandangan tokoh
Adat
Menurut M Yusuf Rosa dalam
winarsih (1999: 12) “Eksistensi nyambai dalam
pandangan tokoh adat / masyarakat.
Tradisi nyambai ini sebenarnya merupakan suatu tradisi masyarkat Lampung
terdahulu sebagai sarana bagi interaksi dan komunikasi langsung dan media
pergaulan bagi bujang dan gadis agar mereka dapat bergaul dan saling kenal
mengenal antara sesamanya, melalui sebuah acara adat.
Dari uraian di atas dapat
dipahami bahwa ada beberapa hal yang melatar belakangi tradisi nyambai ini oleh masyarakat Lampung
pesisir umumnya dan khususnya adalah:
a. Tradisi ini dilatar belakangi oleh sebuah
pemikiran agar bujang gadis mempunyai tempat bergaul dan memiliki tata krama
dan etika pergaulan sesuai dengan tuntunan adat istiadat yang mereka junjung.
b. Tradisi ini dilatar belakangi juga lebih
akan daya kebutuhan bagi para bujang gadis untuk karena pergaulan.
c. Tradisi nyambai ini agar di pahami oleh masyarakat terutama kaum remaja
sebagai warisan para tokoh adat dan tokoh masyarakat terdahulu agar tetap
dilestarikan supaya tidak punah.
Sedangkan menurut Batin Putra
dalam winarsih (1999: 13) dalam pelaksanaan tradisi nyambai ini dilakukan khususnya oleh kalangan bujang dan gadis.
Tradisi nyambai ini mengandung
beberapa unsur nilai-nilai ahklak pergaulan. Artinya tradisi nyambai berisikan etika pergaulan antara
bujang dan gadis, pelaksanaan tradisi nyambai
ini bermula dari tradisi adat Lampung dari masyarakat Desa Kejadian yang
mempunyai hajat agar dalam acara perkawinan akan melaksanakan acara adat (nyambai).
c. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi
Menurunya Minat
Masyarakat terutama kaum remaja
melestarikan adat budaya
nyambai.
1. Kurangnya pemahaman remaja terhadap adat
istiadat sendiri, tidak
adanya pewarisan dari kaum tua
ke kaum muda mengakibatkan rendahnya pemahaman remaja terhadap adat budaya nyambai, yang menjadi salah satu faktor
menurunnya minat remaja melestarikan adat budaya nyambai.
2. Kurangnya rasa cinta terhadap adat
istiadat itu sendiri, dewasa ini
bangsa Indonesia berada alam
era moderenisasi dan globalisasi. Arus informasi yang begitu cepat merambah
keberbagai lapisan masyarakat dan tidak terkecuali kaum remaja, sehingga
berbagai budaya dari luar dapat merubah pola pikir dan cara pandang mereka dalam
berbuat dan bertingkah laku. Berbagai aspirasi dan kepentingan baik individu
maupun kelompok banyak yang tersalurkan tidak sesuai dengan norma-norma hukum
dan etika yang menjunjung tinggi nilai-nilai budaya dan harkat sebagai manusia.
3. Kurangnya kesadaran pentingnya kelestarian
adat istiadat kurangnya kepedulian dan kesadaran remaja terhadap pelestarian
adat budaya nyambai sering terjadi
dimasa sekarang ini. Hal ini mengakibatkan kebubudayaan daerah yang menjadi
warisan secara turun-temurun semakin memudar dan kurang dilestarikan. akibatnya
remaja kurang berminat untuk melestarikan adat budaya nyambai yang sebenarnya merupakan nilai-nilai luhur bangsa Indonesia.
4. Efisiensi Waktu rangkayan adat budaya nyambai dengan beberapa tahapan
merupakan upacara adat yang memerlukan waktu lama. masyarakat Lampung dimasa sekarang
ini mengahendaki acara perkawinan yang singkat.
5. Banyaknya remaja yang merantau keluar desa,
karena kurangya tempat pendidikan dan kuarangnya lapangan pekerjaan sehingga
banyak remaja yang merantau.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan
bahwa menurunnya minat masyarakat terutama kaum remaja melestarikan adat budaya
nyambai yang disebabkan oleh
faktor-faktor kurangya pemahaman, kurangnya rasa cinta, faktor kurangnya
keadaran, faktor waktu, faktor remaja yang merantau.
Post a Comment for " Pengertian Tradisi Nyambai"