Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Perkembangan Alam Pikiran Manusia


Perkembangan Alam Pikiran Manusia
Manusia merupakan makhluk yang keingintahuannya terhadap setiap hal di alam semesta ini tidak terbatas. Seperti yang sudah disebutkan di atas,  ketika manusia telah tahu jawaban dari pertanyaan apa,  maka dia akan mencari jawaban dari pertanyaan mengapa. Namun terkadang pengamatan yang dilakukan manusia untuk memberikan kepuasan terhadap keingintahuannya yang besar sering mengalami hambatan dan tidak menemukan jawaban. Dahulu,  manusia kuno mencari pemecahan yang tidak menemukan jawaban dengan cara mencoba menjawabnya sendiri. Misalnya,  ketika mereka melihat pelangi mereka mengatakan bahwa pelangi adalah jembatan bidadari yang akan mandi di Bumi padahal pelangi merupakan butiran air yang terkena pembiasan cahaya matahari. Pengetahuan baru yang dikombinasikan dengan pengalaman-pengalaman dan kepercayaan disebut mitos sedangkan cerita-cerita mengenai mitos tersebut disebut legenda.  Pada saat itu mitos bisa diterima karena keterbatasan penalaran dan penginderaan manusia. Namun seiring berjalannya dan zaman semakin maju lahirlah ilmu pengetahuan dan metode pemecahan masalah secara ilmiah yang selanjutnya dikenal dengan metode ilmiah.
Puncak pemikiran mitos adalah pada  zaman Babilonia. Ajaran bangsa Babilonia pada saat itu setengahnya merupakan dugaan,  imanjinasi,  kepercayaa,  atau mitos. Pengetahuan semacam itu disebut Psuedo Sains (sains palsu yang artinya mirip sains tapi palsu,  tidak terbukti keilmiahannya. Pemikiran seperti itu juga terjadi di Yunani kuno. Misalnya,  Thales,  seorang tokoh Yunani yang berpendapat bahwa bintang memiliki cahaya sendiri sedangkan Bumi dan bulan memantulkan cahaya dari sinar matahari. Selain itu dia juga berpendapat bahwa Bumi merupakan sebuah piring di atas air. Tokoh ini yang pertama kali mempertanyakan asal-usul dari setiap benda yang ada di muka Bumi ini. Thales berpendapat bahwa segala yang ada di dunia ini merupakan gejala alam dan bahan dasar pembentuknya adalah air. Air mengalami berbagai proses sehingga terbentuklah benda-benda,  artinya setiap benda yang ada itu tidak terbentuk begitu saja,  dan kehidupan berasal dari air. Pendapat Thales ini merupakan pendapat yang berpengaruh besar pada masanya. Karena pada saat itu bangsa Yunani kuno masih mempercayai bahwa alam semeta dan isinya ini merupakan bentukan dewa-dewa.
Kemudian,  semakin majunya cara berpikir manusia dan metode pengamata yang ada. Secara perlahan mitos dan legenda ditinggalkan dan manusia cenderung menggunakan akal sehat atau rasio.
Berikut adalah tokoh-tokoh Yunani yang telah memberikan sumbangan berpikir.
a.      Anaximander,  berpendapat bahwa seluruh benda yang ada di langit mengelilingi bumui. Pendapat ini bertahan sampai abad pertengahan. Ia juga mengajarkan cara membuat jam matahari,  yang pemakainnya menggunakan tongkat tegak lurus dan melihat bayangan yang ada sebagai penunjuk waktu.
b.     Anaximenes (560-520 SM),  berpendapat bahwa semua benda-benda berasal dari air. Pendapat ini seperti halnya pendapat Thales. Air meruapakan sebuah benda,  yang jika merenggang menjadi air dan jika memadat menjadi tanah (transmutasi unsur-unsur)
c.      Herakleitos (560-470 SM),  merupakan seorang pengoreksi pendapat Anaximendes bahwa justru apilah yang menyebabkana transmutasi itu,  tanpa api benda-benda akan seperti apa adanya.
d.     Pythagoras (500 SM),  seorang yang berpendapat bahwa unsur benda terdiiri dari empat bahan dasar utama yaotu tanah,  api,  udara,  dan air.
e.      Demokritos (460-370 SM) seorang yang berpendapat menganai pembagian unsur-unsur benda. Benda dapa dibagi terus-menerus sampai bagian terkecil yang disebut atom. Atom berukuran sangat kecil sehingga tidak kasap mata.
f.       Empedokles (480-430 SM),  merupakan seseorang yang menyempurnakan pendapat Pythagoras mengenai empat unsur benda. Ia memperkenalkan tenaga daya tarik menarik benda yang dapat mempersatukan dan memisahkan unsur-unsur tersebut.
g.     Plato (427-345 SM),  pemikir yang berbeda dari orang-orang sebelumnya. Plato berpendapat bahwa keanekaragaman yang tampak ini sebenarnya hanya suatu duplikat dari semua yang kekal.
h.     Aristoteles (384-322 SM),  merupakan ahli pikir yang berdasarkan logika ada zamannya,  ia merupakan ahli pikir yang membuat intisari dari ajaran orang-orang sebelumnya.
i.       Ptolomeus (127-151 M),  seorang tokoh besar setelah Aristoteles. Pendapatnya yang penting adalah bahwa Bumi sebagai pusat sistem tata surya,  berbentuk bulat,  diam dan seimbang meskipun tanpa penyangga.
j.       Avicennna (Ibn-Shina,  abag 11),  seorang ahli ilmu pengetahuan terutama dalam bidang kedokteran


Post a Comment for "Perkembangan Alam Pikiran Manusia"